Rabu, 01 September 2010

Ridha Walaupun Harus Menggenggam Bara

seseorang dari Bani 'Abs keluar mencari untanya yang hilang. tiga hari lamanya sampai harus tidak pulang, mencari kemana - mana. padahal dia seorang yang kaya dan memiliki segalanya. Harta dan keluarganya berada disebuah rumah yang mewah didekat aliran air di daerah Bani 'Abs. mereka hidup enak, aman dan tenag. Tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa sebuah bencana bisa saja menimpa mereka, musibah bisa saja mengancam mereka.
wahai orang yang tidur nyenyak di awal malam,
bencana bisa saja mengancam di pagi hari
Semua keluarganya, baik yang besar maupun yang kecil tertidur. Mereka terlelap di antara harta mereka di sebuah tanah yang datar, sementara ayah mereka sedang tidak ada, mencari barangnya yang hilang. Pada saat itulah Alloh mengirimkan air bah yang menerjang bukit - bukit seperti debu.  dan itu terjadi di akhir malam. semua hanyut, rumah - rumah mereka tercerabut, harta mereka ludes, dan semua anggota keluarganya ikut hanyut terbawa air. Yang ada hanyalah omongan dari mulut ke mulut.
Setelah tiga hari mencari si ayah kembali ke lembah tempat tinggalnya. Tapi tidak merasakan kehadiran  seseorang, tidak mendengar suara, tidak ada kehidupan, tidak ada orang bicara, dan tidak ada keceriaan. Ya Alloh sungguh sebuah bencana yang sangat berat, tidak ada lagi istri, tidak ada lagi anak - anak, tidak ada lagi unta, domba, sapi, dirham, dinar apalagi apakaian. Tidak ada apa-apa. Sungguh sebuah musbah yang menghancurkan.
Dan, masih ditambah lagi, satu - satunya unta yang masih ada lepas. Dikejarnya unta itu. Ketika hampir tertangkap, unta itu menendang wajah sang ayah, hingga membuatnya buta. Si ayah berteriak - teriak dengan harapan ada orang yang akan membawanya ke tempat yang bisa dia jadikan untuk berteduh. Berselang beberapa hari kemudian, suara itu terdengar oleh seorang badui. Dan dihampirinya orang itu, dan dituntunnya. Kemudian ayah buta itu dibawa menghadap Al-Walid bin 'Abdul Malik, Khalifah di Damaskus. si ayah menceritakan kejadian seluruhnya. Kata Al Walid, " Lalu bagaimana sikapmu? " jawab sang ayah, " Saya ridho kepada Alloh ".
Sebuah kalimat yang sangat agung, yang diucapkan oleh seorang muslim yang di dalam hatinya terdapat tauhid. Ia menjadi bukti bagi orang - orang yang bertanya, nasehat bagi orang yang mencari nasehat, renungan bagi iman yang lemah, dan pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
Kepada orang yang tidak riddo dan tidak menerima keputusan Dzat yang menentukan, terserah, bila mampu maka carilah lorong ke dalam tanah, atau tangga menuju ke langit. Jika mau,
{Maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya?} 
[QS. Al-Hajj:15]

Ketika Panggilan itu tiba

Huft...jam 05.00 pagi ibu dah sms nyuruh pulang ke Kampung, gara – gara adikku yang nomer dua ada pensantren kilat dan harus nginep tiga hari di sekolahnya. Jadi si kecil ndak ada yang njaga kalo sore dan ibu beserta jahitannya wat menopang hidup kami ndak akan bisa selesai sesuai waktunya kalo aku ndak pulang.
Huft...tetap saja jengkel,, palagi aku masih males wat pulang dan masih betah dijogja,,ndak tahu kenapa karena mungkin kalo aku pulang males balik lagi kejogja juga..lagian aku juga bingung kenapa rasa males ini ndak bisa hilang...padahal disini tujuanku untuk ngajuin beasiswa...tapi sampai saat ini urung juga aku melangkahkan kaki ke kampus wat nglengkapi syarat – syarat yang dibutuhkan..
Ya Alloh...kenapa malah puasa membuatku jadi pemalas...berarti aku tak mampu mengambil hikmah dari apa yang engkau berikan padaku...
Sampai tulisan ini aku tulispun...aku masih urung untuk berangkat ke kampus...pdahal aku rencana pulang besog....tau ah....hatiku sekarang jadi cemas....antara pengen bohong sama ortu kalo aku udah ngajuin tapi nanti ndak jadi ngajuin sama perjuangan ibu wat ngebiayain aku dan adik – adikku sekolah...
Ibu....
Engkaulah yang membuatku bersemangat lagi ketika hatiku malas....
Pengorbanan yang engkau berikan membuat semangat yang mengendor kembali tinggi...
Tapi entah...aku berpikir,,dapatkah aku membahagiakanmu...membuatmu bangga atas pa yang engkau didik....
Kenyataannya kini aku dah mengecewakanmu walaupun engkau tidak tahu...dan aku juga ndak ingin kamu tahu....hancur hatimu akan membuatku mati jiwa dan raga...walaupun aku tahu kau akan selalu memaafkan aku...tapi tetesan air matamu akan membuat hati dan hidupku hancur....
Apalagi aku tahu sifatmu....kau tidak akan puas hanya dengan isakan tangis tetapi kata – kata yang menusuk tajam menusuk hatiku...bagaikan mata pisau yang siap membuat hatiku koyak...membuatku merasa aku takakan pernah bisa membahagiakanmu,,,membuatku merasa aku bukan apa – apa...membuatku merasa aku hanya sebuah beban,,,yang bila menghilang akan jauh lebih baik bagimu...bila aku mati kau akan lebih bahagia....